Take a fresh look at your lifestyle.

Pengkhianatan Kaum Intelektual

Diametral antara kaum intelektual dan kekuasaan selalu menghiasi peradaban. Mulai dari era Yunani kuno hingga kontemporer.

Mulai dari Socrates, Ghazali, Galileo, Rene descartes, Alfred dreyrus, Eugene debs, John rawls, Thorstein veblen, Michel foucault, Bertrand russel hingga Noam chomsky.

Semua mereka di scapegoat oleh kekuasaan dengan idiom intelektual pembangkang atau bahkan lebih peyoratif dikenal sebagi intelektual radikal dan anarko yang disebut tidak mempunyai integritas dalam berintelektual.

Kekuasaan yang notabene lebih well qualified sering melakukan biner terhadap para pengkritik dan akademisi.

Ada sejenis gejala baru dalam perpolitikan kontemporer khususnya di Indonesia yang penulis sebut sebagai proses domestifikasi oposisi demi mempertahankan reputasi dan gaya baru dalam memerintah dengan dalil persatuan dan kesatuan.

Teriakan demokrasi kita bersifat opportunistik, yang hanya stagnan pada buih verbal namun tidak memiliki substansi secara faktual.

Kaum intelektual hingga civil society merupakan elemen terpenting bagi keberlangsungan demokrasi, mereka menjadi think tank ketika para pemangku kekuasaan melakukan tindakan abuse of power.

Ketika kaum intelektual berselingkuh dengan kekuasaan dengan dalil persatuan dan mendukung program pemerintah, ini merupakan trater politik yang bermuatan interest tingkat tinggi.

Terjadi proses transaksi kepentingan di panggung teater politik agar dapur mereka tetap mengepul.

Bencana terbesar yang memusnahkan peradaban bukanlah bencana alam. Akan tetapi tsunami kebodohan karena adanya perselingkungan intelektual dan kekuasaan menciptakan keadaan yang dalam adagium Habermas disebut sebagai mekanisir kehidupan “System colonising the life world” adanya legitimasi terhadap birahi politik kekuasaan dengan teori dan fatwa para intelektual menciptakan jurang menganga penjajahan secara legal.

Banyak penjajahan di dunia ini terjadi karena adanya restu kaum intelektual.

Invasi Irak, Neoliberalisme ala new right, deindustrialisasi terhadap India, subordinasi kaum kulit hitam dan proses perbudakan yang di praktikkan langsung oleh intelektual ternama John locke.

Baca Juga:  Membela MPU Aceh : Bias Overconfidence Kaum Mu’tazilah Modern

Renaisans terjadi karena adanya kebangkitan kaum intelektual, mereka adalah suluh bagi kegelapan pengetahuan sebab perselingkuhan kaum intelektual dan kekuasaan.

Jika proliferasi pengkhianatan intelektual terjadi secara berkelanjutan maka dunia akan memasuki dark era untuk kesekian kalinya.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Tunggu Sedang Loading...