Take a fresh look at your lifestyle.

Orkestra Republik Indonesia di Jalan Raya: Touring 3563 KM Bali-Banda Aceh (Bagian 1)

Oleh:Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad.
Dosen Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.

Pada tanggal 6 Februari 2021, saya bersama istri melakukan hal yang belum pernah kami lakukan seumur hidup, yaitu berkendara sepeda motor dari Bali ke Banda Aceh. Sebagai solo rider, pengalaman ini memang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Sebab, selama ini kami hanya melakukan road trip dengan mobil, keliling provinsi Aceh atau mengelilingi Aceh –Sumut – Sumbar – Riau sebanyak 3333 Km. Dapat dikatakan bahwa rencana ini memang sudah diniatkan, tetapi bukan dengan sepeda motor. Namun, menjelang akhir Januari, kami mendapatkan sepeda motor di Pulau Bali yang cocok untuk perjalanan jarak jauh, yaitu Kawasaki Versys 250. Setelah semua proses pembelian administrasi  ditunaikan, akhirnya kami berada dipersimpangan jalan, apakah sepeda motor tersebut dikirim atau kami ambil ke pemiliknya di Pulau Bali.

Setelah melakukan pertimbangan yang matang, akhirnya diputuskan untuk kami jemput sepeda motornya ke Pulau Bali. Tentu saja, ada banyak hal yang menghantui saat keputusan ini diambil; persoalan Covid-19, saya belum pernah menaiki motor gede, belum pernah menjajal jalan raya antar pulau, dana yang tidak seberapa kami persiapkan, dan hal-hal teknis lainnya menyangkut ilmu permotoran. Semangat saya hanya satu; saya punya kawan di hampir seluruh Indonesia. Itu saja yang terbersit di dalam pikiran saya. Setelah mengajukan cuti ke kampus dan membereskan semua administrasi perkuliahan, tanggal 5 Februari kami bertolak dari Banda Aceh menuju Bali.

Kami bermodalkan dua helm dan pakaian seadanya. Ibaratnya seperti tourer yang sudah profesional.  Beruntung, kami memiliki sahabat di Bali, Yudha Artha yang begitu sigap membantu secara teknis dan pengetahuan mengenai persiapan perjalanan jarak jauh. Untuk itu, kami meminta bantuan untuk membelikan Top Box di sepeda motor merek SHAD dan Jaket Touring untuk keamanan berkendara. Jam 10 malam, pesawat kami menyentuh landasan pacu di Bandara Ngurah Rai. Saat itu, Bali sedang dalam masa pengetatan kunjungan wisatawan. Kami sudah mempelajari bagaimana memasuki kota Denpasar dengan modal Antigen. Semua prosedur untuk protokol kesehatan kami lalui dan lampaui. Setiba di penginapan, kami sama sekali tidak tahu bagaimana wujud sepeda motor yang akan kami naiki ke Banda Aceh.

Baca Juga:  Dari Wuhan Aku belajar Toleransi

Jam 11:30 malam, sepeda motor Kawasaki Versys 250 sampai di pelataran hotel kami. Kami bahagia dan terkejut. Bahagia karena akan berpetualang sampai ke kampung halaman. Terkejut, karena sepeda motornya rupa diluar perkiraan saya, sangat-sangat besar untuk ukuran postur tubuh saya. Rasa khawatir mulai menyerang di dalam dada. Apakah sanggup saya mengendalikan motor ini. Tekad sudah dibulatkan. Kami harus kembali ke Aceh menggunakan Versys 250 ini.

Untuk itu, tanggal 6 Februari pagi, setelah shalat Shubuh, saya belajar naik motor ini selama dua jam. Saya belajar menyesuaikan cara menaiki, menghidupi, dan mengendarainya. Awalnya, keringat bercucuran, walaupun masih pagi. Sebab, saya belum terbiasa dengan sepeda motor yang memakai gigi manual. Saya juga belajar cara berhenti dan memarkirnya di tepi jalan. Semua hal ini saya lakukan sendiri, sebelum istri akan menjadi tumpangan tetap saya ke Banda Aceh. Saya juga belajar bagaimana mengisi BBM di SPBU terdekat di Kuta Bali. Rupanya untuk berhenti di SPBU pun agak menyulitkan, kalau berada di dalam posisi antri. Semua tahapan cara berhenti dan mengisi BBM saya pelajari perlahan-lahan. Sebab, begitu sepeda motor berhenti, maka saya harus berusaha mendorongnya, dengan duduk di atasnya sampai kaki berjinjit. Begitu juga, bagaimana cara menutup tangki minyak, jika sudah diisi BBM.

Setelah saya belajar selama 2 jam, akhirnya pertualangan kami dimulai. Sebelum memutuskan kembali ke Sumatara, pada tanggal 6 Februari 2021, saya mengajak istri berkeliling Pulau Bali. Tujuannya, selain untuk mengenal  lebih dekat “wajah” Bali, juga untuk membantu saya memahami lanskap provinsi ini. Bali memang sangat terkenal dalam dunia pariwisata di Indonesia. Namun, karea Covid-19, suasana Bali begitu lenggang. Jalanan hanya dipenuhi oleh warga lokal. Keluar dari Bandara, tidak Nampak bahwa provinsi menjadi destinasi utama pelisiran di Indonesia. Karena itu, agak mudah bagi saya untuk berboncengan pada hari itu. Kami menyisir beberapa tempat, sambil terus menuju Ubud. Sesampai di Ubud, kami sempatkan untuk memanjakan mata di pasar tradisional. Wajah pedagang begitu tidak bersemangat. Mereka terus berteriak menjajakan dagangannya. Saya sangat menghindari kontak mata dengan pedagang, supaya tidak muncul rasa iba di dalam diri saya kepada mereka.

Baca Juga:  Orkestra Republik Indonesia di Jalan Raya: Touring 3563 KM Bali-Banda Aceh (Bagian 2)

Ketika istri saya berbelanja, salah satu ciri khasnya adalah tidak ada uang kembalian. Kemudian mereka juga belum mendapatkan penglaris sejak pagi hari. Pasar tradisional ini benar-benar sepi. Mereka mengeluh bahwa dagangan mereka tidak laku. Setelah berbelanja pernak-pernik di pasar tersebut, saya kembali menghidupkan sepeda motor menuju Batur. Konon, Bali memiliki Danau dan Gunung Batur. Kali ini jalanan sedikit menanjak. Saya yang masih belajar naik sepeda motor, harus ekstra hati-hati. Kami melihat pulau Bali memang sekeping pulau di Indonesia yang sangat indah sekali. Bali memiliki laut, gunung, danau, dan areal persawahan yang cukup indah.

Kami hanya menikmati makan siang di kawasan Batur. Setelah puas berfoto-foto, kami melanjutkan ke Desa Penglipuran.  Desa ini merupakan desa wisata yang amat terkenal di Bali. Setelah sampai di kampung tersebut, hujan pun mulai membasahi kawasan tersebut. Kami berteduh hingga sore hari. Intinya, pelajaran naik motor hari ini cukup mengesankan. Sebab, tidak ada kendala yang cukup mengkhawatirkan. Perasaan tidak nyaman hanya saat memarkirkan kendaraan ini, selain bodi yang cukup besar, juga posisi parkir sepeda motor, terkadang hanya untuk sepeda motor yang standar.

Sore hari kami mencari penginapan di salah satu sudut Pantai Kuta Bali. Dalam hal penginapan, kami memang mematok tidak lebih dari 150 ribu rupiah. Kalau bisa, ditekan dibawah angka 100 ribu rupiah. Karena itu, kami memanfaatkan berbagai aplikasi booking online untuk penginapan. Beruntung, kami dapat penginapan yang bagus dengan harga yang sangat miring.  Setelah mendapatkan penginapan, kami langsung mempersiapkan untuk perjalanan jauh ke Banda Aceh pada keesokan harinya.[] (Bersambung…)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Tunggu Sedang Loading...