Take a fresh look at your lifestyle.

Mengapa Buku Denys Lombard Penting untuk Dipelajari?

Oleh: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad.
Dosen UIN Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.

Buku Denys Lombard ini merupakan disertasi yang menggunakan perspektif sejarah mentalitas, yang sangat marak di Perancis. Buku ini mengupas bagaimana kiprah Sultan Iskandar Muda ketika menjadi Sultan pada kerajaan Aceh Darussalam. Secara garis besar, karya ini lebih banyak menggunakan laporan-laporan para pendatang asing yang pernah singgah di Aceh saat itu. Karena itu, ketika dibaca karya ini akan terasa nilai objektifitasnya, karena ditulis oleh sarjana Eropa dari pengalaman orang Eropa itu sendiri. Akan tetapi, karya ini sama sekali berbeda dengan karya-karya sarjana Belanda, misalnya, Snouck Hurgronje, yang menyebutkan bahwa tidak ada kejayaan Aceh pada abad ke-16 dan 17 M. Lombard malah membuktikan, sebaliknya, bahwa fakta sejarah tentang Sultan Iskandar Muda adalah benar adanya. Di samping itu, karya Lombard memperlihatkan Aceh dari apa yang terjadi di “dalam” istana, ketimbang dari “luar” istana.

Kenyataan di atas menyiratkan bahwa karya ini memaparkan bagaimana situasi kosmopolitan Kerajaan Aceh Darussalam. Tata kelola pemerintahan Aceh yang disusun rapi, di mana dapat juga dibaca dalam naskah Adat Aceh. Peran Sultan Iskandar Muda yang memegang teguh pada aturan-aturan kerajaan Aceh, telah mempersempit pengaruh asing di kawasan Selat Melaka. Sehingga, setiap warga asing yang datang dari Asia Timur, Asia Selatan, dan Eropa, harus menuruti apa yang termaktub dalam Adat Aceh. Karya Lombard juga memperkenalkan sumber-sumber lokal yang memuat sejarah Aceh dan Kerajaan Aceh Darussalam. Hal ini memang telah diakui dan dikaji oleh para sarjana tentang sumber lokal, yaitu Bustan al-Salatin, Hikayat Aceh, dan Adat Aceh.  Dalam sumber-sumber tersebut dinyatakan bagaimana sistem keraton yang dibangun oleh orang Aceh ketika itu. Kekuatan maritim dan militer kerajaan Aceh Darussalam, menjadi catatan penting dalam sejarah pertahanan dan keamanan di Nusantara.

Baca Juga:  MoU Helsinki, UUPA, dan Kontestasi Aktor di Aceh

Lombard juga menyajikan bagaimana sistem fiskal/keuangan yang dipraktikkan oleh pemerintah Kerajaan Aceh Darussalam. Aturan perpajakan juga diterapkan sangat teratur dan tersistematis. Aktor-aktor dari aparatur kerajaan juga memainkan peran penting di dalam mengutip pajak, khususnya dari orang asing yang sampai di perairan Aceh. Lombard malah mengatakan bahwa: “Iskandar Muda-lah yang berhasil merumuskan politik sedemikian dan melaksanakannya dengan baik selama 30 tahun ia menduduki takhta kerajaan.” Dia juga mampu menertibkan masyarakat melalui hukum Islam yang berbasiskan pada ahl al-sunnah wa al-jama’ah. Kelompok agamawan diberikan peran sebagai bagian dari reproduksi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi Islam.

Selain itu, Lombard juga menarasikan bagaimana Sultan Iskandar Muda naik tahta. Harus diakui bahwa sejak kedatangan Portugis pada tahun 1511, kerajaan Aceh memanglah tidak stabil. Intrik kerajaan selalu dipengaruhi oleh sikap dan karakter “orang kaya.” Ketika dia ditawan di dalam penjara, dia malah mampu lolos dari jeratan maut, hingga akhirnya berhasil memukul mundur musuhnya. Pengalaman dan ilmu kemiliteran Sultan Iskandar tidak diragukan. Dalam hal ini, dapat dibaca, misalnya dalam Hikayat Malem Dagang, di mana menceritakan bagaimana upaya Kerajaan Aceh Darussalam menghalau Portugis. Sultan Iskandar Muda turun dari singgasananya untuk memimpin perang melawan Portugis. Puncak dan fakta sejarah dari Aceh melawan Portugis dapat dilihat di kawasan Melaka di Malaysia. Banyak kuburan pejuang Aceh di sana yang masih dapat dilihat secara nyata. Bahkan makam Syeikh Samsuddin al-Sumatrani, sejawat Syeikh Hamzah Fansuri, dapat dapat dikunjungi hingga hari ini.

Karena itu, tidak mengejutkan manakala Lombard menjelaskan tentang kekuatan armada perang Sultan Iskandar Muda. Di sinilah dimulai kisah penaklukan Kerajaan Aceh hingga ke Aru dan Semenanjung Tanah Melayu. Bahkan disebutkan ada 900 ekor gajah yang menjadi armada perang Kerajaan Aceh Darussalam. Mereka dilatih untuk beperang. Lombard mendasarkan pada laporan saksi mata yang benar-benar melihat bagaimana gajah dilatih sebagai bagian dari armada perang. Melalui kekuatan militer tersebut, Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan beberapa negeri di Sumatra, hingga ke Aru dan Melaka. Pengaruh ini lantas direspon oleh Kerajaan Melayu di Semenanjung Tanah Melayu melalui Politik Perbesanan. Inilah sejarah awal kegemilangan Kerajaan Aceh Darussalam di Rantau Melayu.

Baca Juga:  Dunia Semakin Miskin Keteladanan

Demikian pula dalam politik perdagangan yang dijalankan oleh Sultan Iskandar Muda. Dia mengontrol aktifitas perdagangan hingga ke akar rumput. Sehingga pihak asing tidak semena-mena dengan rakyat Aceh, ketika mereka berdagang di wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Untuk menunjang hal ini, Sultan Iskandar Muda mengeluarkan mata uang Kerajaan Aceh Darussalam. Melalui mata uang emas, akhirnya aktifitas perdagangan tidak dilakukan melalui barter, melainkan seperti sistem ekonomi modern. Beberapa peneliti kemudian menemukan kepingan emas ini yang kadang bertuliskan kalimat tauhid dan nama-nama Sultan Aceh yang pernah memimpin Kerajaan Aceh Darussalam. Berbagai bangsa datang ke Aceh untuk menjalankan aktifitas perekonomian, demikian kajian Lombard disajikan. Bangsa dari luar, misalnya India, Siam, Turki, dan bangsa-bangsa Eropa berdatangan, tidak terkecuali dari Pulau Jawa.

Lombard juga mencatat bagaimana perkembangan kebudayaan Islam yang dihasilkan pada masa Kesultanan Iskandar Muda. Aspek kesufian dalam politik ketatanegaraan pada masa tersebut sangat kentara. Hampir semua tempat di Banda Aceh diwarnai dengan istilah sufi. Lombard memperlihatkan peran nilai-nilai agama Islam dapat dijalankan oleh Sultan Iskandar Muda. Para sarjana kemudian menggambarkan proses demokratisasi di dalam kerajaan Aceh Darussalam dalam bingkai kesufian. Pihak istana benar-benar merayakan setiap ada perayaan Islam secara besar-besaran. Rakyat dilibatkan dalam setiap agenda istana untuk menghormati hari-hari besar dalam perayaan agama Islam. Dapat dikatakan bahwa aspek kebangkitan intelektual Islam di Aceh muncul pada era Sultan Iskandar Muda. Lombard juga merujuk pada karya-karya lokal yang dihasilkan oleh para sastrawan Aceh ketika itu. Sultan memberikan ruang yang cukup besar pada produksi intelektual.

Informasi akurat lainnya yang dihasilkan oleh Lombard adalah biografi Sultan Iskandar Muda dan raja-raja Aceh yang pernah menjadi Sultan pada Kerajaan Aceh Darussalam. Daftar kronologis peristiwa besar yang terjadi di Aceh juga disenaraikan oleh Lombard. Sehingga karya ini benar-benar dapat dijadikan sebagai rujukan sejarah di Nusantara. Demikianlah beberapa isi buku Lombard yang merupakan karya yang paling komprehensif tentang Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam pada era Kesultanan Iskandar Muda.[]

Baca Juga:  Satu Dekade Persahabatan dengan Profesor Bahrein T. Sugihen

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Tunggu Sedang Loading...